المساء
(Senja)
السُحُبُ تَركُضُ في الفَضاءِ رَكضَ الخائِفين
وَالشَمسُ تَبدو خَلفَها
صَفراءَ عاصِبَةَ الجَبين
وَالبَحرُ ساجٍ صامِتٌ فيهِ خُشوعُ الزاهِدين
لَكِنَّما عَيناكِ باهِتَتانِ في الأُفقِ البَعيد
سَلمى بِماذا تُفَكِّرين
سَلمى بِماذا تحلُمين
Awan-awan berlari di langit seperti orang-orang yang ketakutan.
Matahari tampak di baliknya—kuning pucat, keningnya berkerut.
Laut diam dan tenang, seolah sedang khusyuk seperti para zahid.
Namun matamu tampak sayu, menatap jauh ke cakrawala yang redup.
Salma, apa yang sedang kau pikirkan?
Salma, apa yang sedang kau impikan?
أَرَأَيتِ أَحلامَ الطُفولَةِ تَختَفي خَلفَ التُخوم
أَم أَبصَرَت عَيناكِ
أَشباحَ الكُهولَةِ في الغُيوم
أَم خِفتِ أَن يَأتي الدُجى الجاني وَلا تَأتي النُجوم
أَنا لا أَرى ما تَلمَحينَ مِنَ المَشاهِدِ
إِنَّما أَظلالُها في ناظِرَيكِ
تَنِمُّ يا سَلمى عَلَيكِ
Apakah kau melihat impian masa kecil lenyap di balik batas-batas cakrawala?
Ataukah matamu menangkap bayang masa tua di antara awan-awan?
Ataukah kau takut malam datang mencuri, tanpa membawa bintang?
Aku tak melihat apa yang kau pandang dari kejauhan itu, hanya bayangannya yang terpancar di matamu,
dan itu, Salma, mengungkapkan isi hatimu.
إِنّي أَراكِ كَسائِحٍ في القَفرِ ضَلَّ عَنِ الطَريق
يَرجو صَديقًا في الفَلاةِ وَأَينَ في القَفرِ صَديق
يَهوى البُروقَ وَضَوءَها وَيَخافُ تَخدَعُهُ البُروق
بَل أَنتِ أَعظَمُ حيرَةً مِن فارِسٍ تَحتَ القَتام
لا يَستَطيعُ الاِنتِصار
وَلا يَطيقُ الاِنكِسار
Kulihat engkau seperti seorang pengelana di padang gersang, tersesat dari jalan,
mencari seorang sahabat di padang sunyi—namun di padang, sahabat pun tak ada.
Ia mencintai kilat dan cahayanya, tapi takut disesatkan kilat itu sendiri.
Bahkan engkau lebih bingung dari seorang ksatria di tengah kabut perang,
tak sanggup memenangkan pertempuran,
dan tak kuat pula menanggung kekalahan.
هَذي الهَواجِسُ لَم تَكُن مَرسومَةً في مُقلَتَيكِ
فَلَقَد رَأَيتُكِ في الضُحى وَرَأَيتُهُ في وَجنَتَيكِ
لَكِن وَجَدتُكِ في المَساءِ وَضَعتِ رَأسَكِ في يَدَيكِ وَجَلَستِ
في عَينَيكِ أَلغازٌ وَفي النَفسِ اِكتِئاب
مِثلُ اِكتِئابِ العاشِقين
سَلمى بِماذا تُفَكِّرين
Keresahan-keresahan ini tak pernah tergambar di bola matamu.
Aku melihatmu di bawah cahaya pagi, dan kulihat pagi itu bersinar di pipimu.
Namun saat senja kutemukan dirimu, kepalamu tertunduk di kedua tangan.
Di matamu tersimpan teka-teki,
dan di jiwamu, kesedihan
seperti kesedihan para pecinta.
Salma, apa yang sedang kau pikirkan?
بِالأَرضِ كَيفَ هَوَت عُروشُ النورِ عَن هَضَباتِها
أَم بِالمُروجِ الخُضرِ
سادَ الصَمتُ في جَنَباتِها
أَم بِالعَصافيرِ الَّتي
تَعدو إِلى وَكَناتِها
أَم بِالمَسا؟ إِنَّ المَسا يَخفي المَدائِنَ كَالقُرى
وَالكوخُ كَالقَصرِ المَكين
وَالشَوكُ مِثلُ الياسَمين
Apakah tentang bumi, yang cahaya tahtanya
tiba-tiba runtuh dari punggung-punggung bukit?
Ataukah tentang padang hijau, yang kini diam membungkam di sudut-sudutnya?
Atau tentang burung-burung, yang tergesa kembali ke sarangnya?
Ataukah tentang senja itu sendiri?
karena senja, menyembunyikan kota-kota seperti menyamarkan desa.
Gubuk tampak seperti istana megah,
dan duri menyerupai melati yang harum.
لا فَرقَ عِندَ اللَيلِ بَينَ النَهرِ وَالمُستَنقَعِ
يَخفي اِبتِساماتِ الطَروبِ
كَأَدمُعِ المُتَوَجِّعِ
إِنَّ الجَمالَ يَغيبُ مِثلُ القُبحِ تَحتَ البُرقُعِ
لَكِن لِماذا تَجزَعينَ
عَلى النَهارِ وَلِلدُجى
أَحلامُهُ وَرَغائِبُه
وَسَمائُهُ وَكَواكِبُه
Bagi malam, tak ada beda antara sungai dan rawa,
ia menyembunyikan senyuman gembira seperti ia menyembunyikan air mata yang pilu.
Sebab keindahan, seperti keburukan, lenyap di balik kerudung malam.
Namun, mengapa kau bersedih atas lenyapnya siang?—bukankah malam pun
memiliki impian dan harapannya, langitnya dan bintang-bintangnya?
إِن كانَ قَد سَتَرَ البلادَ سُهولَها وَوُعورَها
لَم يَسلُبِ الزَهرَ الأَريجُ وَلا المِياهُ خَريرُها
كَلّا وَلا مَنَعَ النَسائِمَ
في الفَضاءِ مَسيرُها
ما زالَ في الوَرَقِ الحَفيفُ وَفي الصَبا أَنفاسُها
وَالعَندَليبُ صُداحوهُ
لا ظُفرُهُ وَجَناحُهُ
Meski malam menyelimuti negeri—lembah dan bukitnya,
ia tak merampas harum bunga, atau gemericik air yang mengalir.
Tidak pula menghentikan angin semilir dari berkelana di angkasa.
Desir masih ada di dedaunan, dan napas pagi masih terasa.
Burung bulbul tetap bernyanyi—meski tak terlihat cakar dan sayapnya.
فَاِصغَي إِلى صَوتِ الجَداوِلِ جارِياتٍ في السُفوح وَاِستَنشِقي
الأَزهارَ في الجَنّاتِ ما دامَت تَفوح
وَتَمَتَّعي بِالشُهبِ في الأَفلاكِ ما دامَت تَلوح
مِن قَبلُ أَن يَأتي زَمانٌ كَالضَبابِ أَوِ الدُخان
لا تُبصِرينَ بِهِ الغَدير
وَلا يَلَذُّ لَكِ الحَرير
Maka dengarkanlah suara sungai-sungai kecil yang mengalir di lereng-lereng,
hiruplah harum bunga-bunga surga, selagi masih semerbak.
Nikmatilah cahaya bintang-bintang di langit, selagi masih tampak jelas.
Sebelum datang masa, yang seperti kabut… atau asap.
Kau tak lagi melihat indahnya telaga,
dan sutra pun tak lagi membawa nikmat.
لِتَكُن حَياتُكِ كُلُّها أَمَلاً جَميلاً طَيِّبا
ولتملأ الأَحلامُ نَفسَكِ
في الكُهولَةِ وَالصِّبى
مِثلُ الكَواكِبِ في السَماءِ وَكَالأَزاهِرِ في الرُبى
لِيَكُن بِأَمرِ الحُبِّ
قَلبُكِ عالَمًا في ذاتِهِ
أَزهارُهُ لا تَذبُلُ
وَنُجومُهُ لا تَأفُلُ
Jadikanlah seluruh hidupmu sebagai harapan—indah dan penuh kebaikan,
biarlah impian memenuhi jiwamu, baik di masa muda maupun tua,
seperti bintang-bintang di langit, seperti bunga-bunga di lereng bukit.
Biarlah hatimu menjadi dunia dalam dirinya sendiri—atas nama cinta,
dengan bunga-bunga yang tak pernah layu,
dan bintang-bintang yang tak pernah padam.
ماتَ النَهارُ اِبنُ الصَبحِ فَلا تَقولي كيفَ مات
إِنَ التَأَمُّلَ في الحَياةِ يَزيدُ أَوجاعَ الحَياة
فَدَعي الكَآبَةَ وَالأَسى وَاِستَرجِعي مَرَحَ الفَتاة
قَد كانَ وَجهُكِ في الضُحى مِثلَ الضُحى مُتَهَلِّلا
فيهِ البَشاشَةُ وَالبَهاءُ
لِيَكُن كَذَلِكَ في
المَساء
Siang telah mati—anak dari pagi hari—maka jangan bertanya bagaimana ia mati,
sebab merenung terlalu dalam tentang hidup justru menambah luka dalam hidup.
Tinggalkan kesedihan dan duka itu, dan kembalilah pada keceriaan seorang gadis.
Wajahmu saat pagi dulu cerah seperti pagi itu sendiri, penuh senyum dan keindahan
biarlah begitu pula wajahmu saat senja.
Posting Komentar