Definisi al-Adab (Sastra Arab) : Secara Etimologi dan Terminologi

Nidda Amirotul Qori'ah

Definisi Sastra : Secara Etimologi dan Terminologi


Pengertian Sastra Secara Etimologi 

Kata sastra kembali kepada substansi kebahasaan yakni (al - Adab). Seperti kata (Fulan beradab : berperilaku baik), yang berarti; Dia menyiapkan jamuan makan. Beradab berarti juga (orang-orang yang sopan), seperti konteks; dia mengundang mereka ke perjamuannya, serta (si Fulan memperlakukan si Fulan), artinya; dia mengajarinya keutamaan budi pekerti. Adab bisa juga dimaksudkan (si Fulan mengajarkan seni sastra kepada si Fulan). Adab berarti pula (mendisiplinkan), yaitu; dia membesarkannya dan menjinakkan (hewan peliharaan dan juga (mendisiplinkan ini dan itu) yang artinya; mempelajari tata krama. Konteks arti lainnya adalah (Perilaku Fulan terhadap Al-Qur'an). Ada pun kata (adab) adalah proses pemurnian dan pendidikan jiwa.

Perlu dikemukakan bahwa segala jenis ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh pikiran manusia disebut al-adab (sastra). Sastra menurut para pendahulunya meliputi ilmu lughoh (bahasa), nahwu (morfologi), shorof (derivasi), ilmu ma'ani (tata bahasa), bayan (makna), ilmu badi', ilmu arudh, qofiyah (persajakan), kaligrafi, insya' dan mukhadhoroh. Kata (sastra) diterapkan khususnya pada ilmu pengetahuan (sastra, sejarah, geografi, ilmu lisan dan filsafat). Adapun al adab (etika) - secara umum mengacu pada norma-norma yang telah ditetapkan yang disetujui orang. Ini adalah seperangkat aturan yang telah disepakati bersama. (1)

Pengertian Sastra Secara Terminologi

Sastra merupakan salah satu bentuk pemikiran, emosi dan ketakutan manusia yang bersifat ekspresif dan manusiawi yang diungkapkan dengan berbagai cara tertulis serta memberikan ruang lingkup yang luas untuk diungkapkan. Perlu diketahui bahwa sastra erat kaitannya dengan bahasa. Bahasa atau kebudayaan yang dituangkan dilestarikan dalam bentuk "sastra" dalam berbagai bentuknya. (2) 

Karya sastra diberikan pada apa yang ditulis dalam bentuk puisi dan prosa yang mengandung estetika imajinatif dan bergambar untuk tujuan menyampaikan makna tertentu dari pengarangnya. Perlu dicatat bahwa sastra diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi menurut bahasa, subjek sastra, genre sastra, juga menurut periode sejarah yang memotretnya dan juga menurut tradisi masyarakatnya. (3) Contoh karya sastra kuno antara lain al Muallaqat (Sastra Arab kuno), Epos Yunani, serta apa yang dicatat oleh masyarakat Mesir kuno namun pada masa sekarang banyak bermunculan karya sastra yang ditulis dalam bentuk novel, drama, dan bentuk sastra lainnya. Seperti Novel karya Naguib Mahfouz, drama William Shakespeare dan apa yang ditulis dalam perjalanan Ibnu Batutah dan lain sebagainya.


Sejarah Perkembangan Arti Kata Sastra

Kata sastra banyak mengalami perkembangan pada berbagai zaman. Mulai dari zaman pra Islam hingga zaman sekarang, seiring dengan perkembangan kehidupan Masyarakat Arab. Pada masyarakat Arab jahiliyah (pra Islam) sastra dimaksudnya sebagai perayaan untuk makan besar. Bangsa Arab memiliki tradisi kumpul bersama untuk makan-makan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh penyair Tarfa bin Al-Abd yang artinya; "Anda tidak akan melihat adanya undangan makan-makan (al-adab) kecuali kami pasti akan menghadirinya tanpa kecuali. Namun, di era Islam, makna kata tersebut berkembang menjadi "akhlak yang baik", "disiplin dan didikan". (4)

Kata sastra terus berkembang pada masa Bani Umayyah, namun cenderung dikaitkan dengan aspek pendidikan, khususnya dalam kajian Kitabullah, hadis Nabi, sejarah dan fiqih, selain mengkaji bait  puisi dan prosa. Perlu diketahui bahwa perkembangan tersebut tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan beralih pada pengertian lain yang mencakup ilmu-ilmu retorika, bahasa dan segala bentuk ilmu pengetahuan pada era Abbasiyah awal. Sedangkan pada era Abbasiyah kedua, al adab dikhususkan pada ilmu lughoh (ilmu bahasa) dan nahwu (tata bahasa) dengan menitikberatkan pada prosa dan puisi, menjelaskan dan mengkritiknya. Hingga kata al adab (sastra) kini berarti orasi dan ungkapan yang hebat yang memukau secara retoris. Ini berkaitan dengan apa yang digunakan seseorang untuk mengekspresikan perasaan dan pengalamannya dalam bahasa yang imajinatif untuk memberi dampak kepada pembaca dan pendengarnya. (4)

Para peneliti dan ahli bahasa pun mempunyai pendapat berbeda mengenai konsep sastra, berikut ulasan beberapa di antaranya: (5)

1. Ibnu Khaldun : sastra meliputi ilmu agama dan non agama.

2.  Sastra menurut Ibnu Qutaybah berkaitan dengan norma-norma perilaku yang harus dipatuhi oleh sekelompok orang tertentu.

3. Sastra pada awal abad kesembilan belas mencakup semua tuturan fasih yang dikendalikan oleh akal atau perasaan yang mengarah pada pengaruh emosi pembaca dan pendengar.

4. Sastra di Barat diwakili oleh beberapa karya prosa dan puisi yang dibedakan berdasarkan stilistikanya, dengan gagasan khusus untuk masyarakat tertentu dan dalam bahasa tertentu.


Asal Usul Munculnya Sastra Arab

Sastra Arab bercirikan sebagai ilmu pengetahuan kuno yang sistemnya dipengaruhi oleh kehidupan manusia, berkembang dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan maju seiring berkembanganya zaman. Sastra Arab berkembang karena terjalinnya banyak literatur dari bangsa-bangsa sebelumnya, diantaranya adalah : (6)

Sastra Persia

Masuknya orang Persia ke dalam Islam dan penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi antara mereka dengan orang Arab mempunyai peranan penting dalam mengenalkan pengertian sastra Persia ke dalam kata- kata, struktur, dan gaya bahasa Arab. Hal ini merupakan tambahan dari urutan logis dalam puisi-puisinya yang menjadi ciri khas puisi mereka. Patut disebutkan bahwa pengaruh Persia dan penambahan kosakata yang dibuatnya pada bahasa Arab, sesuai dengan situasi sosial mereka, di mana mereka adalah kaum "nomaden gurun". Ini menambah nama-nama yang tidak umum di kalangan orang Arab yang tercermin dalam bahasa mereka. (6) Pengaruh ini tidak terbatas pada kata-kata dan ungkapan linguistik saja, melainkan berpindah ke sejumlah besar peribahasa Persia, serta melodi-melodi Persia yang bercampur dengan puisi Arab, sehingga tumpang tindih dalam dewan sastra yang membahas sastra dan mengkritisinya. Harus dicatat apa yang ditulis oleh Abdul Hamid dalam gaya penulisan di madrasahnya sendiri, termasuk dalam daftar gaya penulisan yang dipengaruhi Persia terhadap orang Arab. (6)

Sastra Yunani

Orang-orang Arab lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang Yunani dari segi filsafat dibandingkan dari segi sastra. Setelah mereka masuk Islam, orang-orang Arab lebih tertarik pada masalah agama dibandingkan ilmu pengetahuan dan sastra. Hal inilah yang menjadikan sastra Persia lebih unggul dari sastra Yunani dalam hal pengaruh. Karena apa yang telah mereka rasakan dan kenali dalam adat istiadat mereka, meskipun masyarakat Yunani jauh berbeda dengan bangsa Arab secara agama, politik, dan sosial, namun hal ini tidak berarti bahwa bangsa Arab tidak terpengaruh oleh mereka dalam beberapa aspek, seperti puisi-puisi yang menunjukkan pengaruhnya terhadap agama Kristen pada masa Islam, dalam puisi-puisi (Al-Akhtal) dan (Al-Qatami). Ini merupakan tambahan dari apa yang diwariskan bangsa Arab dari pengaruh Yunani; karena sesuai dengan selera sastra mereka. (6)

Sastra Syria

Peran orang Syria dalam sastra Arab tidaklah sedikit. Di mana prinsip-prinsip tata bahasa dan morfologi diklasifikasikan dalam Bahasa Syria. Karena bangsa Arab dan bangsa Syria bersaudara, bangsa Syria juga berjasa menyebarkan ilmu pengetahuan dan kesusastraan Yunani serta kesusastraan negara-negara lain kepada bangsa Arab. Terutama dengan adanya istilah-istilah ilmiah baru yang diperkenalkan mereka setelah kebudayaan Yunani di Irak, di kawasan Levant dan Aleksandria. Hal ini karena adanya genre dalam proses penerjemahan. Keterpengaruhan Bangsa Arab terhadap kebudayaan lain membatalkan pernyataan bahwa Bangsa Arab jauh dari percampuran dengan bangsa-bangsa lain. Jauh sebelum era Abbasiyah, perlu disebutkan bahwa orang- orang Syria berkontribusi terhadap penyebaran filsafat Yunani khususnya doktrin Platonis. Ciri umum pengaruh Syria terhadap orang- orang Arab lebih terletak pada apa yang mereka terjemahkan daripada apa yang mereka susun, karena mereka memberi manfaat bagi bangsa Arab. Bangsa Arab mempunyai warisan kesusastraan yang besar dan hal ini tampak jelas pada puisi-puisi Arab Bani Abbasiyah, yang mengandung karakter Syria dan puisi-puisi mereka cenderung religius. (6) Perlu dicatat juga bahwa orang-orang Syiria menyebarkan ilmu-ilmu Yunani dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Namun mengenai ilmu ketuhanan, mereka memodifikasinya dengan cara yang sama dengan agama Kristen. Ketika ilmu-ilmu tersebut disebarkan kepada orang-orang Arab Muslim, mereka melakukan hal yang sama yakni mengambil yang sesuai dengan ajaran agama. Perlu dicatat bahwa proses penerjemahan di kalangan orang Syria meluas dari bahasa Yunani ke bahasa Pahlavi. Contohnya adalah kitab Kalilah wa Dimnah. Dan yang membantu menyebarkan budaya ke orang-orang Arab adalah madrasah-madrasah mereka, sebagaimana mereka mengajarkan kepada anak-anak muslim ilmu-ilmu hasil dari mereka menerjemahkan kitab Yunani. (6)


Perkembangan Sastra Barat

Sastra Barat dimulai di Mesopotamia Selatan, kota Sumeria, pada tahun 3200 SM. Tepatnya di kota Uruk, Mesir, kemudian berpindah ke Yunani hingga mencapai Roma. Enheduanna dianggap sebagai penulis pertama dalam sejarah yang menulis kumpulan hymne yang memuji dewa-dewa Sumeria (Inanna). Ini  ditulis pada periode antara 2250-2285 SM. Sebagian besar literatur awal di Mesopotamia berkaitan dengan para dewa dan segala perilaku mereka hingga beralih ke era puisi. Itu terjadi pada periode antara 2000-2600 SM. (7)

Perlu diketahui bahwa para penulis karya sastra pada awalnya bertujuan untuk pendidikan dan pengajaran, di samping tujuan utamanya untuk penyebaran agama. Di antara karya-karya tersebut adalah al-Qissah al-Khalqu al Balilunia (Kisah Penciptaan Babilonia) pada tahun 1120 SM. Sedang yang karya yang ditulis pada tahun 2150 SM adalah salah satu karya tertua yang membahas banyak topik. Seperti kebanggaan, kematian,  kekecewaan, kebangsaan, persahabatan, kepahlawanan dan pencarian kehidupan kekal. Karya sastra lainnya antara lain The Iliad, The Odyssey, The Book of Exodus, The Song of Songs, Mahabharata dan Ramayana. (7)


Pembagian Sastra

Sastra terbagi menjadi dua bagian, pertama puisi dan jenis-jenisnya, kedua prosa.  
PUISI DAN JENIS-JENISNYA

Puisi diartikan menurut sebagai tuturan yang didasarkan pada rima. Sedangkan menurut terminologi para ahli logika, puisi adalah tuturan seorang pengarang yang membahas hal-hal imajinatif dengan nalar dan berniat untuk memukau pendengar. Puisi telah menjadi karya sastra penting di kalangan orang Arab. Puisi terbagi menjadi beberapa bagian : (8)

Asy-Syi'ir al-Fakhr

Puisi yang membahas tentang kebanggaan seseorang atau kelompok, dengan menyebutkan keunggulan dan kewibawaan suku atau kelompoknya.  

Asy-Syi'ir ar-Ritsa

Yakni puisi elegi atau puisi dimaksudkan untuk ratapan. Syairnya berisi ratapan kepada keluarga atau orang yang dicintainya yang sudah meninggal. Ratapan di sini berarti juga mengenang kebaikan dan keutamaan dari orang yang sudah meninggal. Contohnya adalah syair Hasan Bin Tsabit dalam meratapi kepergian Rosulullah S.A.W.

Asy-Syi'ir al-Ghazal

Adalah puisi yang menyebutkan pesona dan kecantikan seorang wanita. Orang-orang Arab biasa memulai puisi mereka dengan menyebutkan wanita dan kebaikannya. Contohnya seperti syairnya Kaab Bin Zuhair dalam Qasidah Burdah yang dibacakannya di depan Rosulullah S.A.W.

Asy-Syi'ri al Dzam wa al Haja'

Yakni puisi atau syair yang berisi ejekan dan sindiran. Puisi ini dimaksudkan untuk menghina dan meremehkan.

 

PROSA

Prosa adalah karya sastra yang mengandalkan seni dan kefasihan berbahasa yang jauh dari bahasa yang kering dan biasa. Prosa berkaitan dengan tuturan dalam bentuk yang fasih, penuh dengan keberaturan kata- kata, serta pemilihan dan penjabaran kalimat yang bermakna. Hal inilah yang menjadikan prosa sebagai salah satu jenis komposisi ekspresif yang dimaksudkan untuk mengungkapkan isi jiwa dan komponen- komponennya namun tidak mementingkan rima seperti layaknya puisi. (9)

 

Referensi :

1. Dr. Ibrahim Anis, Dr. Abdul Halim Muntashir, al-'Athifah al-Sawalhi, Muhammad Khalafallah Ahmad (1993), al-Mu'jam al-Wasith, jilid 2, Tehran-Iran, Nasir Khusraw Publications, hlm. 9 - 10.

2. Tayseer Muhammad az-Ziyadat (2014), al-Adab al-'Arabiy li Ghoiri an-Nathiqina bil Arabiyyah, Yordania, Dar-al Manahil, hlm. 14.

3. Kenneth Rexroth, Literature, www.brittanica.com.

4. Ma al-Adab?, site.iugaza.edu.ps.

5. Dr. Siham Salam Abbas, Dr. Samia Musafar Falah al-Hajri, al-Qiyam Khalqiyyah fi Rasail Ibnu Muqaffa al-Adabiyyah, Khauliyyah ad-Dirasah al-Islamiyyah wa al-Arabiyyah lil Bannati al-Iskandariyyah, hlm. 731. 

6. Adab al-Arab, www.hindawi.org.

7. Joshua J.Mark (2009), Literature, www.ancient.eu.

8. Dr. Abdul Bashit Ahmad Muhammad Hasan, al-Imam Yusuf Bin Ismail Bin Yusuf an-Nabhaniy wa Juhudihi fi ad-Da'wah ila Allahi ta'ala, Beirut : Dar Kitab al-Ilmiyyah, hlm. 140-141.

9. M. M. Nadia Atta Khamis (2009), an-Nasr al-Fanniy, al-Majallah al-Qadisiyyah fil Adab wal Ulum at-Tarbawiyyah, Issue 1, hlm. 132.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama