Teks asli hubungi kami.
Di salah satu pemukiman kumuh, ada seorang lelaki baik dan jujur bernama Al-Adham. Dia bekerja sebagai tukang reparasi. Dia juga menata barang-barangnya di depan pintu toko kecilnya seperti benang, jarum dan wol. Selain reparasi, dia bisa menjahit tas, memperbaiki resleting celana dan jaket. Dia dikenal baik perangainya dan bagus tutur katanya.
Suatu hari, seorang pemuda dari lingkungan itu datang dan menunggunya di depan toko hingga salat Magrib berakhir. Al-Adham menghampirinya setelah selesai salat lalu menyapanya dan berkata, "Halo Nader, apa kabar?". "Baik", jawab Nader dengan nafas tersengal dan muka bermuram durja. "Ada apa denganmu?! Mengapa kamu terlihat pusing?". Al-Adham mengatakan ini sambil membuka toko, masuk ke dalam dan menyalakan lampu. Nader mengikutinya. Al-Adham duduk di depan mesin jahit dan mulai bekerja. Nader berkata kepadanya, "Saya menginginkan sejumlah uang untuk kebutuhan mendesak". Al-Adham tersenyum. Dia mengusap wajah lalu berkata, "Saudaraku, aku sudah beberapa kali meminjamimu uang. Namun dirimu belum mengembalikannya padaku. Selain itu, aku mengetahui bahwa kamu terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Kamu tidak menafkahi istri dan anak perempuanmu. Jadi berhentilah. Cukup bagiku dan aku tak akan memberimu sesuatu".
Nader pergi dan merasa sangat tertekan. Dia berbicara sendiri di jalanan. Tiba-tiba teleponnya berdering. Dia lantas mengangkatnya, "Ya?".
"Dimana kamu?".
"Aku sedang mencoba mendapatkan uang dari siapapun yang aku kenal".
"Nader, suamiku mengetahui apa yang telah terjadi. Dia ingin membunuh kita berdua".
"Oke oke, berikan aku sedikit waktu untuk memikirkan cara".
"Kamu juga punya keluarga dan takut skandal ini akan terbongkar bukan?".
"Aku tahu, aku tahu. Aku tutup dulu teleponnya. Aku akan bicara lagi denganmu nanti".
Dia menutup telepon dan memasuki kafe yang ramai, mencari temannya, Husein di setiap sudut sampai matanya melebar ketika dia melihatnya. Dia mendatanginya. "Ada apa?", Hussein berkata dengan rasa ingin tahu. Maka Nader menjawab, "Aku ingin sejumlah uang dan aku tidak dapat menemukan siapa pun yang mau meminjamkannya kepadaku". Sambil memegang pergelangan tangan Nader, Husein bertanya, "Apa yang memaksamu meminjam padahal kamu bandar besar? Bodoh, kamu bisa mengambil uang itu dengan paksa!". Nader mengerutkan alisnya dan tergagap tanpa sadar, "A aa apaa??!". "Curilah uang dari seseorang yang kamu kenal dan kamu tahu dia menyimpan uangnya di suatu tempat", kata Husein sambil merendahkan suaranya dan tersenyum riang. Nader mengangkat matanya ke kanan atas, lalu menggaruk bagian belakang kepalanya dan menambahkan, "Terima kasih atas saranmu".
Pada malam hari, ketika hanya tinggal beberapa meter di bawah tiang lampu, Nader melemparkan rokoknya dan menginjaknya dengan kaki kanan. Dia pergi ke toko Al-Adham dan terus mengutak-atik gemboknya sampai pecah dan mendobrak masuk. Kepalanya celingak-celinguk seperti orang gila ingin mendapatkan uang, namun dia tidak menemukan apa pun. Dia mengangkat kepala dan melihat Al-Adham berdiri di depannya. Matanya membelalak kaget dan keheranan. Al-Adham memasuki toko dan duduk di kursi dan berkata kepadanya, "Uang hanyalah uang dan rezeki dibagi rata kepada para hamba. Ketahuilah, rezeki bukan dalam bentuk uang. Rezeki dapat berupa uang, kesehatan, istri, dan anak. Jika kamu tidak menemukan rezekimu, maka Allah telah menahannya untukmu karena alasan yang tidak diketahui siapa pun kecuali Dia dan kamu. Silahkan keluar dari tokoku". Mendadak Nadim mencengkeram bahunya dan memukulinya habis-habisan. Seluruh kemarahan tersulut di dadanya hingga wajah Al-Adham berdarah-darah dan berkata, "Hasbunallah wa ni'mal wakiil". (Cukuplah hanya kepada Allah kami menyerahkan urusan ini dan Dialah sebaik-baik pengatur urusan).
Kalimat ini terdengar bagai sambaran petir di telinga Nader. Dia selalu mendengarnya dari banyak orang, dan sejak dia mendengarnya, ketakutan menghantuinya. Dia lari dari toko dan keringat bercucuran dengan deras. Al-Adham bangkit dari tempatnya setelah matanya sembab karena menangis. Dia berkata, "Tidak ada kekuatan kecuali Allah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Besar. Aku memohon ampun kepada Tuhanku dan aku bertaubat kepada-Mu dan semoga keberkahan senantiasa cukuplah bagi kami".
Mendadak tubuh Nader terhuyung-huyung. Dia berusaha sekuat tenaga pergi menyelamatkan diri namun jatuh pingsan setelah jantungnya berdegup sangat kencang. Nader terbangun di dalam rumah Al-Adham dengan tubuh menggigil, sangat panas dan berkeringat. "Kamu dalam keadaan sakau, kawan", Al-Adham mengatakan hal tersebut sambil melihat ke arah Nader. Jantungnya masih berdebar dengan cepat hingga Nader merasa malu.
"Maafkan aku, aku minta maaf", kata Nader. Al-Adham tersenyum dan menjawab, "Mintalah ampun kepada Tuhan". "Aku merasa seperti aku tidak perlu menjalani hidup lagi, setelah aku meminum obat yang mematikan pikiran dan membuatku bisa bertindak apa saja demi memenuhi keinginanku".
"Aku memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bertaubat kepada-Nya, dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang Rasul", ucap Al-Adham. Kemudian dia bangun dan menunaikan salat. Setelah selesai, dia memeriksa Nader dan mendapatinya telah tertidur. Jadi dia pun pergi ke ranjang dan tertidur dengan pulas.
Keesokan hari, Al-Adham bangun dan tidak menemukan Nader. Dia mencarinya namun tidak berhasil. Lantas pergi ke toko, membuka dengan mengucap basmalah lalu masuk ke dalam. Dia sibuk dengan pelanggan sampai Nader mendekatinya dan berkata, "Semoga keselamatan senantiasa untukmu. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal". Al-Adham memandangnya dan melihat tas yang dibawanya dengan bertanya-tanya. Nader melanjutkan, " Aku akan kembali ke pekerjaan lamaku di Laut Merah, tempatku masih kosong. Aku juga akan mengirimkan seluruh gaji kepada istri dan anak perempuanku setiap bulan. Jadi doakan aku di setiap waktu salatmu". Al-Adham tersenyum dan berkata kepadanya, "Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Berdoa dan mintalah kepada Allah, wahai saudaraku. Sesungguhnya Dia dekat dan Maha mengabulkan doa. Semoga kau diberkati".
Mungkin usaha atau bisnis haram akan membuat diri merasa malu. Ketahuilah bahwa kita semua adalah pendosa dan sebaik-baik di antara kita adalah mereka yang bertaubat. Maka perlakukan setiap orang bagai saudaramu sendiri. Setiap kita mempunyai permasalahan dan kekhawatiran dalam hidup masing-masing. Dunia belum berakhir, maka janganlah menambah beban kepada sesamamu. Karena mungkin orang yang jahat akan menjadi baik dengan perlakuan kita yang baik.
Posting Komentar