Kumpulan Cerpen Arab 1 _ oleh : Islam al-Hasyimi al-Hamidi, Terj : Nidda Amirotul Qori'ah
Cerita Hikmah Pendek Arab ke-1 : Hati-hati dan Jangan Berkhianat
Suatu hari, seorang suami kembali ke rumah setelah sekian lamanya bepergian sangat jauh. Sembari menahan bahagia dan rindu, ia mengetuk pintu rumah. Istrinya membukakan pintu untuknya. Dia melihat si istri sedang hamil dan membawa seorang anak yang digendong di bahunya. Mendadak raut mukanya berubah. Matanya menjadi merah. Dia memandangi istrinya dalam diam dan terkejut. Setelah itu, mendadak pula lidahnya kelu untuk mengucapkan kata.
Suami barunya keluar dari dalam dan berkata, "Apa yang kamu inginkan, kawan?". Suami lama itu menjawab dengan tergagap, "Aaa aku aaa aku tidak ada apa-apa". Dia meninggalkan rumah. Suami barunya kemudian menutup pintu dari belakang dan memeluk istri tersebut. Sedangkan suami lama tetap berada di luar rumah dengan kepala tertunduk, tidak menyadari kenyataan baru, sampai detak jantungnya semakin meningkat dan dia mendobrak pintu dengan kakinya dan memaksa masuk. Suami baru itu menghampirinya dengan kemarahan dan umpatan. Keduanya bahkan sampai berkelahi hingga suami lama berhasil membunuh suami baru.
Di dalam perkelahian mereka yang sengit, suami lama berkata "Aku pergi ke Barat untuk mencari uang, dan aku tidak menyentuh istriku. Aku mengiriminya sejumlah uang setiap bulan untuk membangun masa depan cerah bagi kami. Ketika aku kembali, aku menemukan bahwa istriku telah mengkhianatiku, jadi aku sangat ingin membunuhnya. Dan aku hampir saja membunuhnya jika tidak ada seseorang yang mencegahku. Tidak ada artinya hidup setelah semua orang diambil dari hidup anda".
Cerita Hikmah Pendek Arab ke-2 : Sang Kepala Desa
Disebutkan bahwa kepala desa melihat di dalam mimpinya, sebuah sungai berubah menjadi gurun yang tandus. Anehnya, dia menyaksikan kejadian ini selama sebulan penuh. Setelah terbangun, dia memanggil peramal dan meminta mereka untuk menafsirkan mimpi itu, tetapi semua orang gagal. Namun, ada dua pria yang memberitahunya bahwa dia akan meninggal sebulan dari sekarang. Mendengar penuturan itu, kepala desa memerintahkan agar keduanya dijebloskan ke penjara sampai akhir bulan hingga takwilnya itu terbukti.
Singkat cerita, setelah sebulan lamanya kepala desa itu meninggal, putranya kembali dari perjalanan. Dia lalu menyuruh untuk membebaskan kedua orang itu setelah dia mengetahui apa yang telah terjadi dan berkata pada semua orang bahwa mereka dapat meramalkan hal-hal ghaib. Syekh Al-Ghafir menyelanya dan berkata, “Tidak, demi Tuhan. Kepala desa berhenti makan dan minum. Kondisi psikologisnya memburuk, dan dia meninggal karena ketakutan dan karena pikiran buruk dari keyakinan kalian yang dapat membunuh kita semua".
Cerita Hikmah Pendek Arab ke-3 : Tidak Semua yang Kita Harapkan Itu Adalah Kebenarannya
Suatu hari, di salah satu sekolah di sebuah desa, di salah satu ruangan kelas saat pelajaran aritmatika, Ibu Guru sedang mengecek kehadiran seorang muridnya. Nama murid itu Ahmed. Dia berkata, "Ahmed, jika Ibu memberimu sebuah apel, apel dan apel lagi, berapa banyak apel yang kamu punya?". "Empat, Bu", jawab Ahmed.
Bu guru terkejut dan mengulangi pertanyaan itu kepadanya. Ahmed menjawab dengan jawaban yang sama. Bu guru memberi pertanyaan lain. "Jika saya memberi kamu lemon, lemon dan lemon, berapa banyak lemon yang akan kamu miliki sekarang?". Ahmed menjawab, "Tiga". Sungguh menakjubkan!.
Ibu guru merasa gemas dan mencoba mencari tahu alasannya mengapa Ahmed menjawab begitu. Dia menghela nafas panjang lalu bertanya, "Mengapa kamu mengatakan empat apel?". Dengan polos Ahmed menjawab, "Karena sebelumnya saya sudah mempunyai satu buah apel, Bu. Jadi jumlah apel saya empat".
Ketika seseorang memberi Anda jawaban yang berbeda dari apa yang Anda harapkan, jangan menilainya sebagai sebuah jawaban yang salah. Mungkin ada sudut pandang yang tidak Anda pertimbangkan sebelumnya. Anda harus mendengarkan dengan cermat untuk memahaminya. Satu lagi, anda juga jangan mendengarkan penjelasan seseorang itu sambil membawa-bawa ide atau gagasan yang telah dipersiapkan anda sebelumnya.
**********************************************************
Di hari yang baru, matahari memancarkan sinarnya di laut yang jernih dan tenang dengan ombak yang menerpa burung-burung camar dan perahu nelayan. Hampir di setiap perahu ada istri yang memegang dayung sementara suaminya menebarkan jala ke laut.
Suatu hari, sebuah kapal uap menerobos permukaan air dan seorang memanggil para nelayan itu untuk segera berkumpul di balai kampung nelayan. Para nelayan berduyun-duyun mendatangi balai itu sembari penasaran dan bertanya-tanya tentang alasan mengapa mereka dikumpulkan. Hingga akhirnya kepala desa keluar menemui mereka dan memberi isyarat agar mereka diam. Lantas dia berkata, “Saya bertemu dengan kalian hari ini untuk suatu urusan penting. Kami ingin kalian berhenti memancing untuk sementara waktu, selama enam bulan". Semua orang berbisik-bisik dengan marah dan tidak setuju, sehingga kepala desa itu melanjutkan perkataannya, "Siapa pun yang melanggar keputusan ini maka dia akan dikenai hukuman". Kepala desa meninggalkan mereka yang saling berbisik sambil meratapi kesialan mereka.
Kepala desa itu mendatangi pak camat dan meminta izin masuk. Dia diizinkan olehnya. Dengan cepat ketua desa mencium tangan pak camat. "Semuanya terkendali, Pak". Pak camat membawakannya sebuah amplop berisi uang. Lantas ketua desa mengambilnya dan mencium tangannya lagi lalu pergi. Pak camat menarik napas sebentar dan memasuki ruangan tempat di mana duta besar Inggris sedang menyantap segala macam hidangan termasuk ikan. Dia berdiri tepat di depannya sembari berbisik, "Semua terkendali". Duta besar Inggris tersenyum kepadanya. Dia mengambil uang dari tasnya, lalu melemparkan ke arah pak camat yang nampak masygul. Pak camat itu tertunduk.
Salah satu nelayan pulang ke rumahnya dan menceritakan kepada istrinya apa yang terjadi. "Mata pencaharian kami habislah sudah ", ujar istrinya.
Duta besar Inggris mendatangi sang jenderal dan berkata kepadanya. "Pak, semuanya sudah dalam kendali". Si jenderal memberi isyarat agar dia segera pergi, lalu mengambil ponselnya dan berkata, "Halo Pak, sekarang sudah terkendali. Anda bisa bergerak. Armada angkatan laut bisa mencari apa yang ada dalam lautan itu".
Masing-masing dari kita mempunyai pemimpin dan tidak semua pemimpin bekerja untuk melayani rakyatnya. Memutus mata pencaharian seseorang hanya akan meninggalkan kehancuran dan keburukan bagi semua orang demi kepentingannya sendiri. Sedangkan para nelayan itu tidak mempunyai pilihan selain berdoa kepada Tuhan atau memberontak kepada pak camat yang tidak adil, sehingga dia memerintahkan agar nelayan yang tidak patuh untuk dibunuh karena melanggar aturan. Tetapi ironisnya, para nelayan yang mati bukanlah demi kepentingan pak camat.
Posting Komentar